Intervensi Amerika Serikat

Awalnya, Amerika Serikat (AS) tetap berada di luar konflik Perang Dunia 1 saat pertempuran dimulai pada 1914. AS mengadopsi kebijakan netralitas yang disukai oleh Presiden Woodrow Wilson.

Posisinya yang netral menyebabkan AS tetap terlibat dalam perdagangan dan ekspedisi dengan negara-negara Eropa di kedua belah pihak konflik. Sayangnya, Jerman melakukan agresi kapal selam yang tak terkendali terhadap kapal-kapal netral, termasuk kapal yang mengangkut penumpang.

Netralitas milik AS juga semakin sulit dipertahankan setelah 1915, saat Jerman menyatakan perairan di sekitar Kepulauan Inggris menjadi zona perang. Menindaklanjuti pernyataan tersebut, kapal selam U-boat Jerman menenggelamkan beberapa kapal dagang dan penumpang, termasuk kapal milik AS.

Pandangan publik AS terhadap Jerman mulai berubah setelah peristiwa tenggelamnya kapal transatlantik Inggris RMS Lusitania. Kapal ini melakukan perjalanan dari New York ke Liverpool, Inggris dengan membawa ratusan penumpang Amerika pada Mei 1915.

Alhasil pada Februari 1917, Kongres AS mengesahkan undang-undang penganggaran senjata sebesar $250 juta. Tujuannya untuk mempersiapkan AS dalam menghadapi perang.

Tidak sampai di situ, pada Maret 1917, Jerman kembali menenggelamkan empat kapal dagang AS. Oleh sebab itu, pada 2 April 1917, Woodrow Wilson tampil di depan Kongres dan meminta mereka untuk menyatakan perang terhadap Jerman.

Akhir dan Dampak Perang Dunia I

Perang Dunia I menimbulkan dampak yang besar dan berpengaruh terhadap banyak negara. Setidaknya 4 kekaisaran runtuh usai perang ini, yaitu Jerman, Austria-Hongaria, Turki Ustmaniyah, dan Rusia.

Banyak negara yang mengalami kehancuran parah, termasuk Belgia dan Serbia, juga Prancis, Jerman, serta Rusia. Martin Kitchen dalam Europe Between the Wars (1980) mencatat, tidak kurang dari 8 juta tentara asal Eropa tewas, 7 juta orang lainnya mengalami cacat permanen, ditambah 15 juta orang yang terluka parah.

Dampak ekonomi juga amat terasa. Kelaparan terjadi di mana-mana, bahkan hingga di luar Eropa. Jutaan orang kehilangan rumah dan sebagian harus pindah ke negara lain, sampai ke Amerika Serikat bahkan Cina.

Tak hanya itu. Perang Dunia I juga menyebabkan munculnya wabah yang menyebar dan menewaskan jutaan orang serta puluhan juta lainnya terinfeksi, terutama wabah tipus, malaria, dan influenza.

Untuk pandemi flu saja, seperti yang terangkum dalam The Threat of PandemicInfluenza (2005) suntingan Stacey L. Knobler, secara keseluruhan telah menyebabkan tidak kurang dari 50 juta orang kehilangan nyawa.

Selengkapnya, berikut ini berbagai dampak yang ditimbulkan akibat Perang Dunia I:

Perang Dunia II atau yang biasa dikenal sebagai World War II (WW II) diklaim menjadi konflik internasional yang paling mematikan dalam sejarah. Pasalnya, perang ini telah merenggut nyawa 60 hingga 80 juta orang.

Perang yang sangat besar ini melibatkan lebih dari 50 negara dan terjadi di darat, laut, dan udara. WW II terjadi karena krisis ekonomi dari depresi besar dan ketegangan politik yang tidak terselesaikan setelah berakhirnya Perang Dunia I.

Perang Dunia II dimulai saat Jerman Nazi menyerbu Polandia pada tahun 1939, dilanjutkan dengan perang di seluruh dunia hingga tahun 1945. Peperangan ini usai ketika Jepang menyerah kepada Amerika Serikat setelah bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dampak Perang Dunia 1

Perang Dunia 1 menyebabkan guncangan sosial. Jutaan perempuan mulai memasuki angkatan kerja untuk menggantikan pria yang pergi berperang dan mereka yang tewas dalam peperangan.

Selain itu, perang yang sangat besar ini juga menyebarkan salah satu pandemi global paling mematikan di dunia, yaitu wabah flu Spanyol 1918. Wabah ini diperkirakan telah menewaskan 20 hingga 50 juta orang.

Perang Dunia 1 acap kali disebut sebagai perang modern pertama karena menggunakan banyak teknologi yang saat ini terkait dengan konflik militer. Teknologi yang diperkenalkan dalam skala besar selama Perang Dunia 1 antara lain senjata mesin, tank, pertempuran udara, dan komunikasi radio.

Perang yang menggunakan senjata kimia seperti gas mustard dan fosgen memberikan dampak kesehatan parah kepada prajurit dan warga sipil selama Perang Dunia 1. Hal ini menyebabkan sikap publik dan militer untuk menentang penggunaan senjata kimia secara terus menerus semakin menguat.

Penentangan publik salah satunya tercermin dalam Konvensi Jenewa yang ditandatangani pada tahun 1925. Isinya membatasi penggunaan senyawa kimia dan biologi dalam peran. Kesepakatan konvensi tersebut masih berlaku hingga saat ini.

Halo Sahabat Minjend!

Pernahkah Sahabat Minjend mendengar tentang kemungkinan terjadinya Perang Dunia Ke-3? Topik ini sering menjadi perbincangan hangat di berbagai media dan forum internasional. Yuk, kita bahas lebih dalam tentang apa itu Perang Dunia Ke-3, faktor-faktor yang bisa memicunya, dan bagaimana kita bisa mempersiapkan diri.

Faktor-Faktor Pemicu Perang Dunia Ke-3

Ayo Bergabung dengan Program Studi Hubungan Internasional!

Tertarik untuk mempelajari lebih dalam tentang dinamika politik internasional dan bagaimana kita bisa mencegah terjadinya konflik global? Bergabunglah dengan Program Studi Hubungan Internasional di Universitas Jenderal Achmad Yani! Di sini, Sahabat Minjend akan belajar dari para ahli dan mendapatkan pengetahuan serta keterampilan yang dibutuhkan untuk menjadi profesional di bidang ini.

Jangan lewatkan kesempatan untuk menjadi bagian dari perubahan positif di dunia internasional. Daftar sekarang dan jadilah agen perubahan di masyarakat!

Informasi Pendaftaran Mahasiswa baru follow IG @infopmbunjani, mau tanya atau ngobrol? DM ya. Terimakasih. informasi ter-update selalu di update disana, sampai jumpa di kampus.

Kronologi Perang Dunia I: Siapa yang Menang?

Dikutip dari The Major International Treaties of the Twentieth Century: A History and Guide with Texts (2013) suntingan John Grenville dan Bernard Wasserstein, Triple Alliance terdiri dari Austria-Hongaria, Jerman, dan Italia.

Sedangkan Triple Entente terdiri dari Rusia, Republik Ketiga Prancis, serta Kerajaan Inggris Raya dan Irlandia, yang mendukung Serbia. Tahun 1915, Italia membelot dari Triple Alliance dan menyeberang ke kubu Triple Entente.

Kekuatan Triple Entente kembali bertambah pada 1917 setelah Amerika Serikat turut bergabung lantaran ingin memerangi Jerman. Amerika Serikat menuding Jerman terlibat dalam peristiwa tenggelamnya Kapal Lusitania pada 1915. Kapal tersebut membawa 128 warga negara Amerika Serikat.

Pada perkembangannya, perang semakin meluas, termasuk dengan bergabungnya Turki Usmani dan Bulgaria dengan Triple Alliance bersama Austria-Hongaria dan Jerman.

Ternyata, Triple Alliance kewalahan. Sejak tanggal 8 Agustus 1918, Triple Entente melancarkan Serangan Seratus Hari. Austria-Hongaria dan Jerman akhirnya menyerah pada 11 November 1918 akibat serangan itu, disusul kemudian oleh Turki dan Bulgaria.

Dengan demikian, pemenang Perang Dunia I adalah Triple Entente yang terdiri dari Rusia, Prancis, Inggris, Irlandia, Serbia, Italia, serta Amerika Serikat.

TakTik Perang Dunia 1: Perang Parit

Berjalannya Perang Dunia 1 dilangsungkan oleh kedua kubu dengan menggunakan taktik militer defensif, yaitu perang parit. Taktik ini memungkinkan para tentara mendapat perlindungan dari tembakan musuh, tetapi juga menghalangi pasukan untuk segera maju sehingga memperpanjang durasi perang.

Dilansir dari laman Delaware Historical & Cultural Affairs, peperangan parit adalah taktik pertempuran utama di Prancis dan Belgia. Biasanya, parit akan digali sedalam 12 kaki (3,6 meter) dan akan direntangkan sepanjang beberapa kilometer.

Stabilitas parit dijaga dengan menyertakan balok kayu atau karung pasir. Sayangnya, selama jeda pertempuran, beberapa kematian terjadi di dalam parit karena tembakan dari penembak jitu atau berbagai penyakit, seperti disentri, tifus, dan korela.

Barulah pada tahun 1915, Jerman menggunakan gas beracun untuk melawan Sekutu yang bertempur di parit Front Barat. Hal itu menyebabkan Inggris Raya menciptakan topeng masker pertama untuk mengurangi dampak gas beracun ini pada pasukannya.

Pesawat yang saat itu baru dikenal turut digunakan dalam peperangan. Salah satu fungsinya yakni memungkinkan personel pengintai untuk mengamati posisi pasukan musuh, mengarahkan tembakan artileri, dan memotret garis musuh. Pada akhir perang, konsep pertempuran udara dan pengeboman udara sudah muncul.

Dampak Perang Dunia Ke-3

Akhir Perang Dunia II

Perang Dunia Kedua dibagi menjadi dua kubu, yaitu kekuatan Poros (Jerman, Italia, dan Jepang) dan Sekutu (Prancis, Inggris Raya, Amerika Serikat, dan Uni Soviet) yang berakhir dengan klaim kemenangan dari Sekutu.

WW II juga menjadi salah satu titik balik terbesar dalam sejarah geopolitik abad ke-20 yang mengakibatkan perluasan kekuasaan Uni Soviet ke negara-negara di Eropa Timur, seperti yang dilansir dari laman Britannica.

Hal tersebut memungkinkan gerakan komunis untuk mencapai kekuasaan di China, dan menandai peralihan kekuasaan yang menentukan di dunia. Pasalnya, kekuasaan ini beralih tangan dari negara Eropa barat menjadi di tangan Amerika Serikat dan Uni Soviet.

Awal mula berakhirnya Perang Dunia II ditandai dengan pendaratan Sekutu di Normandia pada 6 Juni 1944 yang membuka front kedua di Eropa. Pendaratan yang juga dikenal sebagai Operasi Overlord merupakan invasi sekutu ke Eropa Barat.

Selain itu, pada musim dingin tahun 1944-1945, Jerman melancarkan serangan untuk mendorong sekutu mundur dari wilayahnya di Ardennes. Sayangnya, serangan tersebut gagal dan menjadi peristiwa terakhir akan serangan Jerman di front barat selama WW II.

Kemudian tentara Uni Soviet maju dari timur untuk mengklaim semua wilayah di bawah kendalinya bagi Soviet, sementara tentara Sekutu berkumpul di Berlin. Setelahnya Adolf Hitler melakukan bunuh diri pada 30 April 1945 dan perang di Eropa berakhir pada 8 Mei.

Amerika Serikat lalu melancarkan strategi melompat pulaunya untuk menghancurkan kekuatan utama Jepang di seluruh Pasifik.

Jepang kemudian menyerah terhadap Sekutu setelah tragedi bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pada Agustus 1945 yang mengakhiri Perang Dunia II.

Apakah Anda penggemar game perang?

game perang dunia ke 2.

Selamat datang di game menembak dan penembak jitu perang dunia ke-2 secara offline. Ini dirancang untuk pecinta game senjata yang ingin bermain game fps online atau offline tanpa internet. Bergabunglah dengan medan perang dan hancurkan semua musuh untuk menyelamatkan dunia.

Ini adalah salah satu game perang terbaik tanpa internet, Anda akan menyukai pengalaman menembak sniper di perangkat seluler Anda. Jika Anda menyukai game perang dalam pengaturan perang dunia, Anda pasti akan menikmati game penembak ini.

Negara Anda sedang berperang dan ini adalah kesempatan Anda untuk terjun ke dunia game menembak. Anda adalah penantang terbaik untuk medali yang akan menjadi kehormatan besar.

Gunakan berbagai strategi permainan perang FPS di peta yang berbeda, jadilah cerdas dan jangan lupa tentang taktik permainan menembak yang cerdas.

• Aksi mendebarkan dikemas game 3d dengan misi penembak jitu!

• Grafis 3D lingkungan pertempuran ww2 musim dingin yang bersaing dengan game aksi terbaik! game perang dunia ke 2.

• Kontrol halus dan fisika animasi canggih seperti game penembak jitu terbaik!

• Anda dapat memilih sisi konflik Anda dengan mengambil pahlawan perang Anda sendiri: Soviet, Jerman, Amerika, Korea, atau Jepang

Lebih dari 10 senjata ww2. Pilih taktik menembak online Anda sendiri untuk pertempuran: penembak jitu, senapan mesin atau senapan serbu

Hingga 40 pemain dalam game aksi pvp berbasis misi

Bergabunglah dalam pertempuran tim melawan pemain lain dari seluruh dunia untuk bermain game senjata

Kontrol intuitif dan antarmuka yang mudah - geser, bidik, dan tembak

Optimalisasi sempurna

Pembaruan reguler dan elemen game keren

Anda dapat mengunduh dan memainkan game ini tanpa internet. Mohon diperhatikan bahwa itu juga memungkinkan Anda untuk membeli item virtual dalam aplikasi dan mungkin berisi iklan pihak ketiga yang dapat mengarahkan Anda ke situs web pihak ketiga.

Perang Dingin masih jauh, tetapi konflik militer Perang Dunia 2 ada di sini! Kamu bisa memilih beberapa game aksi seperti D Day, Team Deathmatch, Free for All, Capture point, bahkan mode Bomb.

Bayangkan dunia kembali ke masa Perang Dingin, di mana ketegangan antar negara besar begitu terasa. Saat ini, kita berada di titik yang tak jauh berbeda. Persaingan sengit antara Amerika Serikat, Rusia, dan Tiongkok, ditambah konflik regional yang tak kunjung reda, telah membawa kita semakin dekat ke ambang perang dunia ketiga.

Beberapa faktor utama yang membuat Perang Dunia III sulit dihindari:

Rivalitas antara kekuatan besar seperti Amerika Serikat, Rusia, dan Tiongkok menjadi salah satu pemicu utama potensi Perang Dunia III. Ketegangan di Laut Cina Selatan, konflik Ukraina - Rusia, konflik Israel dengan Pelastina, Yaman, Iran serta Libanon  dan persaingan di kawasan Indo-Pasifik adalah contoh nyata bagaimana rivalitas ini dapat memicu konflik global

Konflik regional seperti yang terjadi di Timur Tengah dan Eropa Timur sering kali melibatkan kekuatan besar yang memiliki kepentingan strategis di wilayah tersebut. Misalnya, konflik antara Rusia dan Ukraina yang melibatkan NATO dan Amerika Serikat telah meningkatkan risiko eskalasi menjadi perang global.

Perlombaan senjata, termasuk pengembangan senjata nuklir dan teknologi militer canggih, menambah ketegangan antar negara. Senjata nuklir, meskipun berfungsi sebagai deterensi, juga meningkatkan risiko kesalahan perhitungan yang dapat memicu perang besar.

Ketidakstabilan ekonomi global, termasuk krisis energi dan pangan, dapat memperburuk hubungan antar negara. Negara-negara yang mengalami kesulitan ekonomi mungkin lebih cenderung mengambil tindakan agresif untuk mengamankan sumber daya yang mereka butuhkan.

Beberapa negara mengadopsi kebijakan luar negeri yang agresif untuk memperkuat posisi mereka di panggung internasional. Kebijakan ini sering kali memicu respons defensif dari negara lain, menciptakan siklus ketegangan yang sulit dihentikan.

Meskipun ancaman Perang Dunia III tampak menakutkan, penting bagi komunitas internasional untuk terus berupaya menjaga perdamaian melalui diplomasi dan kerjasama. Kesadaran akan faktor-faktor yang dapat memicu perang global adalah langkah pertama dalam mencegahnya. Indonesia, dengan kebijakan luar negeri yang bebas dan aktif, dapat memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas regional dan global.

Informasi Pendaftaran Mahasiswa baru follow IG @infopmbunjani, mau tanya atau ngobrol? DM ya. Terimakasih. informasi ter-update selalu di update disana, sampai jumpa di kampus.

Perang Dunia 1 atau yang juga disebut sebagai Great War, terjadi pada awal abad ke-20 yang mempengaruhi keamanan dan ekonomi global. Pasalnya, perang ini melibatkan berbagai negara di Eropa hingga Amerika Serikat dan Jepang.

Seperti yang kita ketahui, perang ini terbagi akan dua kubu yaitu Blok Sekutu dan Blok Sentral. Setelah perang usai, Sekutu mengklaim kemenangannya.

Namun, kemenangan ini juga membawakan kabar duka karena Perang Dunia 1 menyebabkan lebih dari 16 juta tentara dan warga sipil tewas dalam peperangan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lantas, sebenarnya apa yang melatarbelakangi peperangan ini dan siapa yang memulainya?

Awal Mula Perang Dunia 1

Pertempuran besar di dunia ini berawal saat Archduke Franz Ferdinand, pewaris Kekaisaran Austria-Hungaria, ditembak mati bersama istrinya di Sarajevo, Bosnia. Penembakan ini dilakukan oleh nasionalis Serbia, Gavrilo Princip pada 28 Juni 1914, seperti yang dilansir dari laman History.

Pada saat itu, Princip dan nasionalis lainnya tengah berjuang untuk mengakhiri kekuasaan Austria-Hungaria atas Bosnia dan Herzegovina. Tentunya, pembunuhan Franz Ferdinand menyebabkan kondisi di Eropa kian memanas dan memicu serangkaian peristiwa.

Austria-Hungaria, kemudian menyalahkan pemerintahan Serbia atas serangan tersebut. Selain itu, Austria-Hungaria juga berharap dapat menggunakan insiden ini sebagai pembenaran untuk menyelesaikan masalah nasionalisme Serbia.

Negara lain mulai terlibat dalam situasi panas ini karena Rusia saat itu mendukung Serbia. Hal itu menyebabkan Austria-Hungaria menunggu pernyataan perang sampai pemimpin mereka mendapatkan jaminan dari pemimpin Jerman, Kaiser Wilhelm II.

Kala itu, Austria-Hungaria menunggu jaminan dukungan Jerman akan perjuangan mereka. Sebab, pemimpin mereka takut bahwa intervensi Rusia terhadap Serbia akan melibatkan sekutu Rusia, yaitu Prancis, dan Inggris Raya.

Barulah pada tanggal 5 Juli, Kaiser Wilhelm secara rahasia memberikan jaminan dukungan kepada Austria-Hungaria yang disebut sebagai 'cek kosong' (carte blanche). Setelahnya Austria-Hungaria langsung mengirimkan ultimatum kepada Serbia dengan tuntutan yang begitu keras sehingga hampir mustahil untuk diterima.

Pemerintah Serbia kemudian meyakini bahwa Austria-Hungaria tengah bersiap untuk perang. Hal itu menyebabkan Serbia memerintahkan tentaranya untuk melakukan mobilisasi dan meminta bantuan dari Rusia.

Pada tanggal 28 Juli, Austria-Hungaria menyatakan perang kepada Serbia. Pernyataan ini menyebabkan runtuhnya perdamaian di Eropa. Dalam kurun waktu seminggu, Rusia, Belgia, Prancis, Inggris Raya, dan Serbia (Sekutu) bersekutu melawan Austria-Hungaria dan Jerman (Sentral), serta memulai Perang Dunia I.